Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan


 

Setelah TPA Piyungan Ditutup, Yogyakarta Masih Bergelut dengan Masalah Sampah

Senin, 21 April 2025 | 12.41.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-21T05:41:32Z



Yogyakarta, DetikWIB – Sampah yang berserakan di berbagai tempat umum seperti jalanan, taman kota, dan objek wisata telah menjadi pemandangan sehari-hari di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kondisi ini kian memburuk sejak ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada tahun 2023. Dua tahun berselang, solusi komprehensif untuk permasalahan ini masih belum benar-benar terealisasi.

TPA Piyungan yang sebelumnya menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul ditutup karena kapasitasnya sudah tidak memungkinkan lagi. Penutupan ini memaksa pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencari alternatif pengelolaan sampah secara mandiri. Namun hingga kini, dampaknya masih terasa dengan banyaknya tumpukan sampah liar di berbagai sudut kota.

Pemerintah DIY sebenarnya telah mengambil sejumlah langkah. Salah satunya adalah menutup 343 tempat pemrosesan akhir (TPA) sementara yang melakukan praktik open dumping, yakni membuang sampah tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Upaya tersebut dilakukan demi mengurangi dampak lingkungan dan pencemaran. Namun demikian, langkah itu belum cukup untuk mengatasi krisis sampah yang semakin kompleks.

“Permasalahan sampah juga relatif tidak sederhana, karena kebetulan wilayah Yogyakarta (DIY) ini juga menjadi hilir sampah,” ujar Hanif, salah satu pejabat yang terlibat dalam penanganan sampah di DIY, saat kunjungan kerja di Embung Wukirsari 2, Imogiri, Kabupaten Bantul.

Menurut Hanif, selain volume sampah yang terus meningkat, karakteristik wilayah dan perilaku masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri. Belum semua masyarakat terbiasa memilah sampah dari rumah, dan fasilitas pengelolaan di tingkat lokal juga belum merata. Beberapa inisiatif seperti bank sampah, pengomposan, dan TPS 3R (reduce, reuse, recycle) telah berjalan di sejumlah tempat, namun masih terbatas cakupannya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten dan Kota di DIY masih mencari solusi jangka panjang. Beberapa opsi yang dipertimbangkan antara lain adalah pembangunan teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan dan pembukaan lahan baru yang sesuai dengan standar lingkungan hidup.

“Kita sedang mengupayakan tempat pengolahan terpadu berbasis teknologi. Tapi ini juga memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat,” tambah Hanif.

Dengan situasi saat ini, masyarakat Yogyakarta dihadapkan pada kenyataan bahwa pengelolaan sampah tidak bisa lagi hanya mengandalkan sistem pembuangan akhir. Kesadaran dan perubahan perilaku menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat diharapkan mampu menghasilkan solusi berkelanjutan bagi permasalahan sampah di Yogyakarta.

(DetikWIB | Redaksi)

×
Berita Terbaru Update