Rencana Initial Public Offer (IPO) yang akan dilakukan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan salah satu langkah strategis yang perlu diambil dalam menyikapi ketidakpastian global secara khusus dalam bidang ketahanan energi.
Kondisi global yang semakin tidak pasti akibat konflik Rusia dan Ukraina serta terjadinya ketegangan di Asia Timur antara Tiongkok dengan Taiwan, berdampak kepada sektor perdagangan minyak internasional. Disisi lain Arab Saudi yang berencana memangkas secara besar-besaran produksi minyak membuat perkiraan produksi minyak akan turun sebanyak 1 juta barel per hari (bpd) pada bulan Juli ini, dari sebelumnya 10 juta bpd di bulan Mei menjadi 9 juta bpd. Kondisi ini dapat memicu kenaikan harga minyak dunia memburuk sehingga harga minyak internasional menjadi tidak stabil sementara suplai domestik di Indonesia harus tetap dipenuhi.
Maka rencana melepas sebagian saham dari Pertamina Hulu Energi (PHE) ke publik ditujukan untuk mendapatkan tambahan modal perkiraan pelepasan saham PHE di kisaran 5%-15%, kementerian BUMN berkolaborasi dengan lembaga perbankan dunia seperti Credit Suisse, J.P. Morgan Chase & Co, dan Citi Bank untuk menyiapkan pelepasa saham PHE ke publik. Diperkirakan IPO PHE akan mendatangkan dana sebesar 20 Triliun rupiah untuk melakukan tindakan strategis secara bisnis maupun kepentingan nasional.
Penambahan modal yang didapat bisa digunakan untuk melakukan eksplorasi sumber-sumber minyak yang belum terjamah saat ini.
Langkah IPO Pertamina Hulu Energi (PHE) pada dasarnya ditujukan mengurangi kebutuhan atas impor minyak dan terciptanya stabilitas energi di Indonesia.
Nasarullah Hamid (Mahasiswa Hubungan Internasional)