JAKARTA, 10 November 2025 – Dalam semangat memperingati Hari Pahlawan, bangsa Indonesia kembali menengok jejak para tokoh pejuang dan ulama yang telah menorehkan peran besar dalam perjalanan sejarah negeri ini. Mereka datang dari berbagai latar, mulai dari istana, pesantren, hingga medan perjuangan rakyat. Masing-masing menghadirkan keteladanan yang abadi: keberanian, keikhlasan, dan kecintaan kepada tanah air.
Sultan Hamengkubuwono II
Sultan Yogyakarta ini dikenal sebagai pemimpin yang teguh melawan dominasi VOC. Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Yogyakarta menjadi benteng terakhir kedaulatan pribumi melawan hegemoni kolonial.
Muhammad Kholil al-Bangkalani (Syaikhona Kholil)
Ulama karismatik asal Bangkalan, Madura, yang dikenal sebagai penggagas konsep Hubbul Wathan (cinta tanah air). Beliau menjadi guru dari ulama-ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah, dan KH. As’ad Samsul Arifin. Pemikirannya menanamkan benih nasionalisme religius yang menjadi fondasi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pakubuwana X dan Pakubuwana XI
Kedua Susuhunan Surakarta ini berperan penting dalam menjaga marwah budaya Jawa dan memberikan dukungan terhadap perjuangan nasional. Pada 10 November 2014, Pengageng Kusumawandawa, KGPH Puger, bahkan mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk mengusulkan keduanya sebagai Pahlawan Nasional.
Pakubuwana XII
Sebagai Susuhunan Surakarta dan aktivis kemerdekaan, Pakubuwana XII berperan dalam memperkuat identitas bangsa di tengah gejolak politik pascakemerdekaan. Beliau turut menjaga kesinambungan nilai budaya dan kebangsaan.
Raden Trunajaya
Pejuang dari Madura yang memimpin pemberontakan melawan Kesultanan Mataram pada abad ke-17. Meski perjuangannya berakhir tragis, Trunajaya dikenang sebagai simbol keberanian rakyat menentang ketidakadilan.
Raden Tumenggung Kertanegara IV (Banyak Wide)
Panglima perang yang setia mendampingi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825–1830). Loyalitas dan pengorbanannya menjadikan ia sebagai sosok yang layak dikenang dalam sejarah perlawanan bangsa.
KH. Saleh Darat as-Samarani
Ulama besar asal Semarang yang menjadi guru bagi KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, dan Raden Ajeng Kartini. Pemikiran KH. Saleh Darat mempertemukan semangat keagamaan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
KH. Yusuf Hasyim
Tokoh pejuang kemerdekaan dari Jombang yang menentang pemerintahan Hindia Belanda. Beliau merupakan paman dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 Republik Indonesia. Kiprahnya di masa revolusi turut memperkuat peran pesantren dalam perjuangan kemerdekaan.
Dari perjuangan di medan perang hingga pengajaran di pesantren, dari keraton hingga pelosok desa, para tokoh ini menunjukkan satu hal yang sama: bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman dan pengabdian.
Semangat merekalah yang kini menjadi suluh bagi generasi penerus bangsa.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar